TATA CARA SHALAT
TATA CARA
SHALAT
Dalam pelaksanaan shalat, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, merujuk kepada cara shalat Rasulullah shalallahu’alaihi
wassallam. Hal-hal tersebut antara lain :
1. Menghadap Ka’bah.
Bila Rasulullah
shalallahu’alaihi wassallam bangkit hendak shalat, maka beliau menghadap
ka’bah. Beliau memerintahkannya dan bersabda kepada orang yang shalatnya tidak
benar :
“Apabila kamu bangkit hendak menunaikan shalat, maka
sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat, dan bertakbirlah.”
(HR Bukhari, Muslim dan AS-Siraj)
Namun dalam riwayat lain disebutkan :
“Rasulullah saw. Pernah melaksanakan shalat sunnat di
dalam perjalanan di atas kendaraannya, dan beliau melaksanakan shalat witir di
atasnya, ke arah mana saja kendaraan itu menghadap baik ke arah timur maupun ke
arah barat. (HR Bukhari, Muslim, dan As-Siraj).
Demikian pula yang disebutkan pada Q.S. 2 : 115, dan juga
beberapa hadits yang diriwayatkan mengenai shalat khauf, dan shalat para
shahabiyah yang tidak mengetahui arah.
2. Berdiri.
Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam
menunaikan shalat dengan berdiri, shalat fardhu ataupun shalat sunnat, sebagai
ketaatannya kepada firman Allah (lihat Q.S. 2 : 238 - 239)
Dalam riwayat lain disebutkan :
“Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam. shalat sambil
duduk ketika beliau sakit yang mendekati kematiannya. (H.R. Turmudzi dan
dishahihkannya dan Ahmad)
Imran bin Husain berkata,”Aku bertanya kepada Rasulullah
shalallahu’alaihi wassallam tentang shalat seorang lelaki sambil duduk. Beliau
bersabda,”Barang siapa yang shalat sambil berdiri , maka hal itu adalah lebih
utama. Barangsiapa yang shalat sambil duduk, maka ia mendapatkan setengah dari
pahala orang yang shalat sambil berdiri.. Dan barangsiapa yang shalat sambil
tidur---dalam riwayat lain disebutkan sambil berbaring---, maka ia mendapatkan
setengah dari pahala orang yang shalat sambil duduk.” (Al-Bukhari, Abu Daud dan
Ahmad)
Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam ditanya tentang
shalat di atas kapal. Beliau bersabda : “Shalatlah di dalamnya (kapal) sambil
berdiri, kecuali apabila kamu takut tenggelam.”(Al-Bazzar, Ad-Daraquthni dan
Abdul Ghani al-Maqdisi dalam As-Sunan, dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati
oleh Adz-Dzahabi). Pernah Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam pada malam
yang panjang shalat sambil berdiri, dan pada suatu malam yang panjang juga
shalat sambil duduk. Dan apabila beliau membaca sambil berdiri, maka beliau
ruku’ sambil berdiri, dan bila beliau membaca sambil duduk, maka beliau pun
ruku’ sambil duduk (HR Muslim dan Abu Daud)
Kadangkala beliau berdiri melakukan shalat tanpa memakai
terompah dan kadangkala melakukannya dengan memakai terompah.
“Janganlah engkau shalat kecuali menghadap sebuah tabir.
Dan jangan engkau biarkan seseorang berlalu di hadapanmu, dan apabila ia
enggan, maka bunuhlah ia, karena sesungguhnya ia mempunyai teman.” (Ibnu
Khuzaimah dalam Ash-Shahih dengan sanad jayyid)
Dalam riwayat lain “ Apabila beliau shalat –di tanah
lapang yang tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan tabir—maka beliau
menancapkan lembing, kemudian shalat sambil menghadap kepadanya bersama manusia
di belakang beliau. (HR Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah).
“Janganlah kamu shalat dengan menghadap kubur, dan
janganlah kamu duduk di atasnya.” (Muslim, Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah).
3. Niat.
Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam bersabda : “Pekerjaan-pekerjaan
itu tidak lain hanyalah dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang itu akan
mendapatkan apa yang diniatkannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
4. Takbir.
Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam
membuka shalat dengan kata-katanya: “Allahu Akbar “ (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Riwayat lain :”Sesungguhnya tidaklah sempurna shalat
salah seorang di antara manusia, sehingga ia berwudhu dan meletakkan wudhu pada
tempatnya, lalu berkata,’Allahu Akbar.” (HR. Thabrani dengan isnad shahih).
5. Mengangkat kedua tangan.
Kadangkala Rasululla shalallahu’alaihi
wassallam mengangkat kedua tangannya secara bersamaan dengan takbir (HR Bukhari
dan Nasa’i),
dan kadangkala setelah takbir (HR Bukhari dan Abu Daud)
dan kadangkala sebelumnya (HR Bukhari dan Nasa’i).
Dan diriwayatkan bahwa : “Beliau mengangkat kedua (tangan)nya sambil meluruskan jari jemarinya—tidak meregangkan dan tidak pula menggenggamnya.” (Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah).
Dan beliau meletakkan kedua tangananya itu sejajar kedua bahunya (HR Bukhari dan Nasa’i) dan barangkali beliau mengangkatnya hingga berada setentang dengan –daun-daun kedua telinganya. (HR Bukhari dan Abu Daud)
dan kadangkala setelah takbir (HR Bukhari dan Abu Daud)
dan kadangkala sebelumnya (HR Bukhari dan Nasa’i).
Dan diriwayatkan bahwa : “Beliau mengangkat kedua (tangan)nya sambil meluruskan jari jemarinya—tidak meregangkan dan tidak pula menggenggamnya.” (Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah).
Dan beliau meletakkan kedua tangananya itu sejajar kedua bahunya (HR Bukhari dan Nasa’i) dan barangkali beliau mengangkatnya hingga berada setentang dengan –daun-daun kedua telinganya. (HR Bukhari dan Abu Daud)
6. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.
Diriwayatkan
bahwa :”Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam meletakkan tangan kanannya di
atas tangan kirinya.. (HR Muslim dan Abu Daud).
Diriwayatkan pula :”Beliau meletakkan tangan kanannya di
atas punggung telapak tangannya, pergelangan tangannya dan lengan tangannya.”
(Malik, Al-Bukhari dan Abu Uwanah)
7. Meletakkan kedua tangan di atas dada.
Diriwayatkan
bahwa “Beliau meletakkan kedua tangannya di atas dadanya.”Abu Daud dan Ibnu
Khuzaimah dai dalam Ash-Shahih)
8. Melihat tempat sujud dan khusyu’.
“Apabila Rasulullah
shalallahu’alaihi wassallam shalat, maka beliau menundukkan kepalanya dan
mengarahkan pandangannya ke tanah.”(Al-Baihaqie dan Al-Hakim)
Riwayat lain :” Beliau melarang untuk mengarahkan
pandangan ke langit (HR Bukhari dan Abu Dawud)
9. Doa Iftitah.
Rasulullah shalallahu’alaihi
wassallam mrmbuka bacaan dengann doa-doa yang banyak dan bermacam-macam, yang
memuji dan memuja Allah, beliau bersabda :”Tidaklah sempurna shalat
seseorang di antara manusia, sehibngga ia bertakbir, memuji Allah dan
memuja-Nya serta membasa apa yang mudah baginya dari ayat-ayat Al-Qur;an…” (Abu
Daud dan Al-Hakim)
Kadang-kadang beliau membaca ini dan kadangkala yang itu,
antara lain : Allahumma ba’id baynii wa bayna, Subhanakallohumma wa
bihamdika atau wajjahtu wajhiyalilladzi atau yang lainnya. (afwan banyak banget
ada 12 macem, kalo mau lihat di “Sifat Shalat Nabi “ Muhammad Nashiruddin
Al-Albani, Fiqhus Sunnah Sayyid Sabiq)
10. Qira’at (dinyaringkan bacaannya).
Kemudian beliau
memohon perlindungan kepada Allah, beliau bersabda :”A’udzubillahi minasy
syaithonir rajimi min harzihi wa nafkhihi wa naftsihi “ atau kadangkala
“A’udzubillahis samii ‘il ‘aliimi minasy syithoni…”. Kemudian beliau membaca
Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahim dengan tidak bersuara (Bukhari, Muslim, Abu
Uwanah, Ath-Thahawi dan Ahmad)
11. Membaca ayat demi ayat.
Kemudian Rasulullah
shalallahu’alaihi wassallam mem,baca al-Fatihah dan memotongnya ayat demi ayat.
Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam mengagungkan kedudukan surat ini, beliau bersabda :”Tidak sah shalat orang yang tidak membaca—didalamnya (shalat)—fatihata ‘l-Kitab (Al-Fatihah).
12. Meniadakan Qira’at di belakang Imam dalam shalat
Jahriyyah (shalat dengan bersuara).
Rasulullah shalallahu’alaihi
wassallam bersabda : “Sesungguhnya imam itu dijadikan hanya untuk diikuti. Oleh
karena itu apabila ia bertakbir, maka bertakbirlah, dan apabila membaca
qira’at, maka dengarkanlah.”. (Abu DAud, Muslim, Abu Uwanah dan Ar-Rubani).
Dalam riwayat lain disebutkan :” Barangsiapa yang
mempunyai iamam, maka bacaan imam adalah badcaan baginya.” (Ibnu Abi Syaibah,
Daraquthni, Ibnu Majah, Tah-Thahawi dan Ahmad).
13. Ucapan “Amin” dan Imam mengeraskannya.
Dikatakan
bahwa :”Nabi shalallahu’alaihi wassallam apabila selesai membaca al-Fatihah,
maka beliau mengucapkan “amin”. Beliau mengeraskannya dan memanjangkannya
dengan suaranya.” (HR. Bukhari dan Abu Daud).
Dalam riwayat lain :”Apabila Imam mengucapkan Ghairi
‘l-maghdubi ‘alaihim wala’dh-Dhaallin, maka ucapkanlah ‘Amin’. Karena
sesunguhnya para malaikat mengucapkan ‘Amin’ dan imam mengucapkan’Amin’. Dan
barangsiapa yang aminnya itu sesuai dengan amin para malaikat, maka diampuni
dosanya yang telah lalu.” (HR. Syaikhani dan An-Nasa’i).
14. Bacaan Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam setelah
Al-Fatihah.
Kemudian Rasulullah membaca surat lainnya setelah membaca
Al-Fatihah. Kadangkala beliau memperpanjang bacaan surat itu, kadang pula
beliau memperpendek karena alasan halangan perjalanan, atau batuk, atau sakit,
atau mendengar tangis bayi (HR Bukhari, Muslim). Kadang beliau membagi surat
itu ked alam dua rakaat, kadang beliau membaca dua surat atau lebih dalam satu
rakaat.
15. Bersuara dan tidak bersuara dalam shalat lima waktu
dan lainnya.
Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam membaca keras di
dalam shalat Shubuh, dan di dalam dua rakaat pertama shalat Maghrib dan Isya.
Tidak membaca dengan suara di dalam shalat Zhuhur dan Ashar dan di dalam rakaat
ketiga dari shalat maghrib serta dua rakaat terakhir dari shalat Isya. Para
shahabat mengetrahui bacaan Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam dari gerakan
janggutnya (Al-Bukhari dan Abu Daud). Dan beliau shalallahu’alaihi
wassallam mengeraskan suara Qira’atnya dalam Jum’ah, dan dua shalat ‘Ied,
shalat Istiqa dan shalat Kusuf.
16. Mentartilkan bacaan dan membaikkan suara.
Sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada Nabi
shalallahu’alaihi wassallam, maka beliau membaca Al-Qur’an dengan tartil bukan
dengan cepat-cepat dan bukan pula dengan, tergesa-gesa bahkan dengan bacaan
yang menafsirkan satu-huruf-satu huruf.
17. Membetulkan imam.
Diriwayatkan bahwa :” Beliau
melaksanakan suatu shalat, lalu membaca dan beliau keliru. Tatkala beliau
selesai shalat, beliau bersabda kepada Ubay,”Apakah engkau shalat bersama kami
?” Ubay berkata,”Benar”. Beliau bersabda “Apa yang telah melarangmu—untuk
membetulkan aku ?” (Abu Daud, Ibnu Hibban, Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir)
18. Ruku.
Apabila Rasulullah selesai membaca
Qira’at, maka beliau berhenti sejenak (Abu DAud dan Al-Hakim),
kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya dengan cara-cara seperti diterangkan dalam takbirati ‘l-Iftitah dan bertakbir lalu ruku (Al-Bukhari dan Muslim).
kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya dengan cara-cara seperti diterangkan dalam takbirati ‘l-Iftitah dan bertakbir lalu ruku (Al-Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan bahwa :”Rasulullah shalallahu’alaihi
wassallam meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lututnya.” (HR.
Al-Bukhari dan Abu Daud)
“Beliau menguatkan kedua tangannya kepada kedua lututnya
– seakan-akan beliau memegang erat kedua lututnya itu,” (HR Al-Bukhari dan Abu
Daud)
“Beliau meregangkan jari-jemarinya.” (Al-Hakim,
dishahihkan Adz-Dzahabi dan Ath-Thayalisi, dikeluarkan dalam Shahih Abi Daud)
“Beliau menjauhkan danmembengkokkan kedua sikunya dari
kedua samping badannya.”(HR. Turmudzi ).
“Apabila beliau ruku’, maka beliau melapangkan punggungnya
dan meratakannya. Sehingga, apabila punggungnya itu disiram air, maka air itu
akan tetap di atasnya. (Ath-Thabrani)
“Beliau tidak menundukkan kepalanya dan tidak pula
mengangkatnya (sehingga kepalanya lebih tinggi dari punggungnya). Tetapi
pertengahan antara menundukkan dan mengangkatnya.”( HR. Muslim dan Abu Uwanah).
19. Wajib Thu’maninah dalam ruku.
“Seburuk-buruknya
orang mencuri itu adalah orang yang mencuri dari shalatnya.” Mereka
Berkata,”Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari shalatnya ?” Rasulullah
bersabda “(Yaitu) tidak menyempurnakan ruku’nya dan sujudnya.” (Ibnu Abi
Syaibah, Ath-Thabrani dan Al-Hakim)
Ketika Beliau shalallahu’alaihi wassallam melihat
laki-laki yang tidak menyempurnakan ruku’nya dan mencotok dalam sujudnya, ia
bersabda bahwa jika ia mati, bukan pada millah (agama) Muhammad. (Abu Ya’la
dalam Musnad dan Al-Ajiri dalam Al-Arba’in, Al-BAihaqi dan Ath-Thabrani)
20. Doa-doa Ruku.
Kadang mengucapkan ini dan
kadang mengucapkan yang itu. Umumnya : Subhaana rabbiyal ‘adzimi (tiga kali)
(Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, Ath-Thahawi, Al-Bazzar, dan
Ath-Thabrani),
Subhana rabbiyal’adzimi wa bihamdih (tiga kali) (Abu
Daud, Ad-Daruquthni, Ahmad, Ath-Thabrani),
Subbuuhun qudduusun rabbul malaa ikati warruuh. (HR.
Muslim, Abu Uwanah),
Subhaanaka ‘l-Allahumma wabihamdika Allahummagfirlii.
(Bacaan lainnya dapat dilihat di Sifat Shalat Nabi, Nashiruddin Al-Albani,
Fiqhus Sunnah Sayyid Sabiq).
21. Memperpanjang Ruku’.
Diriwayatkan bahwa
“Rasulullah menjadikan ruku’nya dan bangkitnya dari ruku’ , sujudnya dan
duduknya di antara dua sujud hampr sama lamanya.(HR Al-Bukhari dan Muslim).
22. Larangan membaca Al-Qur’an di dalam Ruku.
“Beliau
melarang membaca Al-Qur’an di dalam ruku dan sujud.” (Muslim dan Abu Uwanah).
23. I’tidal dari Ruku dan Bacaannya.
“Rasulullah
shalallahu’alaihi wassallam mengangkat punggungnya dari ruku sambil mengucapkan
‘Sami’allahu liman hamidah’ (mudah-mudahan Allah mendengarkan orang yang
mnemuji-Nya.” (Al-Bukhari dan Muslim)
“Sambil berdiri beliau mengucapkan,’Rabbana wa lakal hamdu’( Wahai Tuhan kami, --dan—kepunyaan-Mu-lah segala puji).”(HR.Al-Bukhari dan Ahmad).
Kadang lafazh di atas beliau tambahkan “Allahumma (Ya
Allah)” dan kadang di tambahkan,” Mil assamaa waa ti wa mil al ardhi wa mil a
maa syi’ tamin syai in ba’du. (HR. Muslim dan Abu Uwanah).
(Lengkapnya silahkan lihat Fiqhus Sunnah Sayyid Sabiq,
Sifat Shalat Nabi Nashiruddin Al-Albani).
24. Memperpanjang I’tidal dan kewajiban Thuma’ninah di
dalamnya.
“Kadangkala beliau berdiri hingga seseorang mengatakan,
“Beliau telah lupa”, karena lamanya beliau berdiri.”(HR Al- Bukhari, Muslim,
dan Ahmad .
Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam bersabda : “Allah
Yang Maha perkasa lagi maha Agung tidak akan memperhatikan shalat seorang hamba
yang tidak menegakkan punggungnya di antara ruku’ dan sujudnya.” (Ahmad dan
Ath-Thabrani)
25. Sujud.
Diriwayatkan bahwa :”Rasulullah
shalallahu’alaihi wassallam mengucapkan takbir, lalu turun untuk sujud. (HR
Bukhari dan Muslim)
“Kadangkala beliau mengangkat kedua tangannya apabila
beliau hendak sujud.” (An-Nasa’i, Ad-Daruquthni, dan Al-Mukhlis sanad shahih)
26. Sujud dengan bertelekan kepada kedua tangan.
Diriwayatkan
bahwa :”Deliau meletakkan tangannya di atas tanah sebelum kedua lututnya.”
(Ibnu Khuzaimah, Ad-Daruquthni, Al-Hakim)
“Apabila salah seorang diantara kamu sujud, maka
janganlah ia berlutut seperti berlututnya unta, dan hendaklah ia meletakkan
kedua tangannya sebelum kedua lututnya.” (Abu Daud dan Ahmad dengan sanad
shahih)
“Beliau bertelekan kepada kedua telapak tangannya –
sambil melebarkannya (Abu Daud dan Al Hakim)
Beliau merapatkan jari-jari kedua telapak tangannya (Ibnu
Khuzaimah, Al-Baihaqi, Al-Hakim) dan mengarahkannya ke arah kiblat (Al-Baihaqi)
“Beliau meletakkan (kedua telapak tangnnya) setentang dengan
kedua bahunya”.(Abu Daud dan Tirmidzi)
Dan kadangkala “Beliau meletakkannya setentang dengan
kedua telinganya (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)
“Beliau menetapkan hidung dan keningnya kepada
tanah.”(Abu Daud dan At-Tirmidzi)
“Apabila seorang hamba bersujud, maka bersujudlah tujuh
anggota tubuh bersamanya : wajahnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya
dan kedua telapak kakinya.”. (HR Muslim, Abu ‘Uwanah dan Ibnu Hibban).
“Beliau mengangkat keduanya dari lantai dan menjauhkannya
dari kedua sisi tubuhnya, sehingga putih ketiaknya terlihat dari belakangnya.
(HR Bukhari dan Muslim)
27. Kewajiban Thumaninah dalam sujud.
Rasululah
shalallahu’alaihi wassallam memerintahkan untuk menyempurnakan ruku’ dan sujud.
Orang yang tidak melakukannya diibaratkan orang yang makan satu atau dua buah
kurma yang tidak memberikan manfaat apa-apa baginya.
28. Doa-do’a dalam sujud.
Kadangkala beliau
mengucapkan ini , kadangkala beliau mengucakan itu. Subhana Rabbiyal a’laa
(Maha Suci Tuhanku yang Maha Luhur, tiga kali, kadang beliau mengulangnya lebih
dari itu). Kadang beliau mengucapkan Subhana Rabbiyal a’la wabihamdih. Kadang
beliau mengucapkan :”Subbuuhun Qudduusun Rabbul malaa ikati Warruuhi (Maha Suci
dan pemberi berkah Tuhan Malaikat dan Ruh”) (HR. Muslim dan Abu “Uwanah).
Kadang beliau membaca :”Subhanaka Allahumma Rabbana
Wabihamdika Allahummag firlii.(Maha suci Engkau Ya Allah Ya Tuhan kami, dan
dengan memuji Engaku ya Allah ampunilah aku.” (Lengkapnya baca Fiqhus Sunnah
Sayyid Sabiq, Sifat Shalat Nabi Nashiruddin Al-Albani)
29. Larangan membaca Al-Qur’an dalam sujud.
Rasulullah
melarang membaca al-Qur’an dalam sujud, beliau memerintahkan untuk memperbanyak
do’a dalam sujud. Rasulullah bersabda,”Hamba yang paling dekat kepada Tuhannya
adalah hamba yang bersujud. Oleh karena itu perbanyaklah doa di dalam sujud.”
(HR Muslim, Abu ‘Uwanah, dan Al-Baihaqi).
30. Bangkit dari sujud.
“Tidaklah sempurna shalat
salah seorang manusia, sehingga ia bersujud sampai tulang-tulang persendiannya
merasa tenang, lalu mengucapkan ‘Allahu Akbar’ dan mengangkat kepalanya hingga
ia duduk lurus.”(HR.Abu Daud dan Al-Hakim).
“Beliau membentangkan kaki kirinya (duduk iftirasy), lalu
duduk di atasnya dengan tenang.” (Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Abu Uwanah)
“Beliau mendirikan kaki kanannya.” (Al-Bukhari dan Al-Baihaqi)
“Rasulullah kadangkala duduk tegak di atas kedua tumit dan dada kedua kakinya.” (Muslim, Abu Uwanah dan Abu ‘sy-Syaikh) .
31. Kewajiban berthumaninah di antara dua sujud.
Diriwayatkan
bahwa “Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam berthumaninah sehingga setiap
tulang kembali kepada tempatnya.” (HR Abu Daud dan Al-Baihaqi).
“Beliau
memanjangkannya sehingga hampir mendekati lama sujudnya.” (Al-Bukhari dan
Muslim)
32. Dzikir-dzikir di antara dua sujud.
Dalam duduk
ini Rasulullah mengucapkan :”Allahummag firlii (dalam riwayat lain Rabbig
firlii), warhamnii, wajburnii, warfa’nii, wahdinii, wa’afinii, warzuqnii./ Ya
Allah (Ya Tuhanku), ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah kekuranganku,
angkatlah derajatku, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan berilah rizqi
kepadaku.)
Kadangkala beliau shalallahu’alaihi wassallam mengucapkan
: “Rabbigfirlii, Rabbigfirlii (Ya Tuhanku ampunilah aku, Ya Tuhanku, Ampunilah
aku. Setelah itu diriwayatkan bahwa :”Beliau mengucapkan takbir, lalu sujud
untuk sujud yang kedua.” (Al-Bukhari dan Muslim)
“Beliau mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan
takbir ini.” ( HR Abu Daud dan Abu Uwanah dengan sanad shahih à menurut Malik
dan Asy-Syafii’)
33. Duduk Istirahat. Kemudian : “Beliau duduk
lurus –di atas kakinya yang kiri sambil beri’tidal , sehingga setiap tulang
kembali kepada tempatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Abu Daud).
34. Bertelekan kepada kedua Tangan pada waktu bangkit
untuk rakaat berikutnya.
“Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam bangkit
kepada raka’at kedua sambil bertelekan kepada tanah. “ (HR Al-Bukhari dan
Asy-Syafi’i).
35. Tasyahud pertama.
Setelah selesai raka’at
kedua, beliau duduk untuk tasyahud. Bila shalat itu dua rakaat seperti shalat
shubuh, maka beliau duduk iftirasy (membentang) sebagaimana beliau duduk di
antara dua sujud (An-Nasa’i dengan sanad shahih)
Demikian pula beliau duduk dalam tasyahud awal di dalam
shalat yang tiga rakaat atau empat rakaat (Al-Bukhari dan Abu Daud).
“Apabila kamu duduk di tengah-tengah shalat, maka berthumaninnah
lah dan bentangkan paha kirimu, lalu bertasyahud lah.” (Abu Daud dan
Al-Baihaqi).
“Apabila beliau dudk di dalam tasyahud maka beliau
meletakkan telapak tangan kanannya di atas pahanya (riwayat lain :lututnya)
yang sebelah kanan dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas pahanya
(riwayat lain : lututnya) yang sebelah kiri.(HR. Muslim dan Abu Uwanah).
“Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam melebarkan
telapak tangannya yang sebelah kiri di atas lututnya yang sebelah kiri dan
menggemgamkan jari-jemari telapak tangannya yang sebelah kanan semuanya lalu
menunjuk kea rah kiblat dengan dengan jarinya yang berada setelah ibu jari
(telunjuk) sambil mengarahkan pandangannya kepadanya. (Muslim, Abu Uwanah dan
Ibnu Khuzaimah)
“Apabila beliau menunjuk dengan jarinya (telunjuknya),
maka beliau meletakkan ibu jarinya di atas jari tengahnya. “(HR Muslim dan Abu
Uwanah)
“Beliau menggerak-gerakkan jarinya (telunjuknya) sambil berdoa dengannya.”Abu DAud, An-Nasai dan Ibnu’l-Jarud)
“Beliau menggerak-gerakkan jarinya (telunjuknya) sambil berdoa dengannya.”Abu DAud, An-Nasai dan Ibnu’l-Jarud)
36. Macam bacaan tasyahud.
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassallam mengajarkan beberapa bacaan tasyahud kepada para shahabat.
Tasyahud Ibnu Mas’ud : "Attahiyatu lillah
Wassholawaatu WaththayyibatuAssalamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi
wabarakatuh. Assalamu’alainaa wa’ala ‘ibaadillahishshaa lihiin. Asy hadu alla
ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuluh.(“segala ucapan
selamat, kebahagiaan dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan
kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan berkatnya.
Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepada kami pula dan kepada sekalian
hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.”
(Al-Bukhari dan Muslim dan Ibnu Abi Syaibah)
Tasyahud Ibnu Abbas : “Attahiyyatu’l-mubaarakaatu
‘sh-shalawaatu ‘th-thayyibaatu lillah. Assalamu’alayka ayyuhan nabiyyu
warahmatullahi wabarakatuh. Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibaadillahi
‘sh-shalihiin. Asy hadu alla ilaaha illallah Wa Asy hadu anna muhammad
‘r-Rasulullah”(HR Muslim, Abu Uwanah, Asy Syafi’idan An-Nasa’i)
Tasyahud Ibnu Umar (tidak jauh berbeda dengan Tasyahud Ibnu
Mas’ud)
Tasyahud Abi Musa Al-Asy’ari
Tasyahud Umar bin Khattab
37. Shalawat atas Nabi, letak dan macam bacaannya.
Rasulullah
mengucapkan shalawat atas dirinya sendiri di dalam tasyahud pertama dan
lainnya. (An-Nasa’i dan Abu Uwanah)
Allahumma shalli’ala muhammad wa ‘ala alii baitihii. Wa
‘alaa azwaajihii Wadzurriyya tihii kamaa shallayta ‘ala aali ibraahiim. Innaka
hamiidum majiid wa baarik ‘ala muhammad.Wa ‘alaa aali baytihii Wa ‘alaa azwaa
jihii wa dzurriyyatihii kamaa barakta ‘alaa aali ibraahiim. Innaka
hamiidummajiid. (“Ya Allah berilah kebahagiaan kepada Nabi Muhammad, kepada
Ahli Baitnya, istri-istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah
memberikan kebahagiaan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia. Dan berilah berkah kepada Muhammad, Ahli Baitnya,
istri-istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah
kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”),
dan beberapa shalawat lainnya.
38. Bangkit kepada raka’at ketiga lalu keempat.
39. Tasyahud Akhir.
“Di dalam tasyahud akhir ini
beliau duduk dengan tawarruk.” (HR. Bukhari).Yaitu :”Beliau melapangkan pangkal
pahanya yang sebelah kiri ke tanah dan mengeluarkan kedua kakinya ke satu arah.
(HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi dengan sanad shahih).
40. Kewajiban Memohon Perliindungan dari Empat Perkara
Sebelum Berdoa.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda : “Apabila
salah seorang di antara kamu selesai dari tasyahud –akhir-, maka hendakalah ia
memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara yaitu : Allahumma inni
a’udzubika min ‘adzaabi jahannam wamin ‘adzaabil qabri wamin fitnati ‘l-hayaa
wal mamaa ti wamin syarri fitnati ‘l-masiihid dajjal (“Ya Allah, sesungguhnya
aku berlindung kepada-Mu dari siksaan jahannam, dari siksaan kubur, dan dari
cobaan hidup serta cobaan mati, dan dari kejahatan—cobaan—Al-Masih yang menjadi
Dajjal) (HR Muslim, An-Nasa’i, Abu ‘Uwanah, dan Ibnu’l-Jarud)
41. Doa Sebelum salam dan macam-macamnya.
42. Salam.
Rasulullah mengucapkan salam ke sebelah
kanan, kadang lengkap Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, kadang hanya
sampai warahmatullah, dan kemudian ke sebelah kiri kadangkala beliau
memperpendek ucapannya Assalamu’alaikum. (HR Abu Daud, An-Nasa’i dan Tirmidzi)
(Ibnu Khuzaimah, Al-Baihaqi dan Adl-Dliya, Ahmad dan Ath-Thabrani).