Kasmaran dan Pengobatannya
Mencintai merupakan fitrah manusia. Namun bagaimana jika cinta yang
dimiliki termasuk cinta yang terlarang? Atau mencintai bukan pada orang
yang benar, bukan pada waktu yang tepat? Memang, mencintai dan dicintai
terkadang tidak dapat kita atur sedemikian rupa sehingga selalu dapat
kita kontrol dengan baik. Ada baiknya, ketika cinta ini sudah mulai
tercium semerbaknya, mulailah untuk dihindarin. Cinta ini, kaum muda
menyebutnya VMJ atau Virus Merah Jambu. Sebuah virus yang dapat
menyerang siapa saja.
Orang yang sudah mulai tertular virus merah jambu ini harus segera
mencari cara tuk mengobatinya. Hal utama yang dipikirkan adalah apakah
orang yang dicintainya itu dapat dinikahinya atau tidak. Dan apakah
dirinya sudah mampu untuk menikah atau tidak. Jika iya, menikah
dengannya adalah obat yang paling mujarab. Jika ternyata orang yang
dicintai tidak dapat dinikahi maka tetaplah menikah dengan orang lain.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa menikah, melakukan jima’ sesering
mungkin dapat meredam gejolak emosi membara (cinta) di dalam hati.
Dapat menikah dengan orang yang dicintai bukanlah sebuah masalah tapi
merupakan sebuah anugrah. Namun bagaimana bila tidak dapat menikahinya?
Misalnya ternyata dia sudah menikah atau sudah ditolak olehnya walau
sudah berkali-kali berusaha menyakinkan dirinya.Tentunya perlu beberapa
obat mujarab untuk dapat menghilangkan rasa cinta terpendam itu.
Pepatah mengatakan ‘Dari mata turun ke hati’. Karena itulah Islam
juga menjaga adab ini, yaitu sama-sama saling menjaga pandangan terhadap
lawan jenis. Apalagi ternyata orang tersebut memiliki kesan tersendiri
di dalam hati.
Ibnul Jauzi berkata,
“Wajib bagi orang yang tidak sengaja melihat
kecantikan wajah yang dipandangnya kemudian dia merasa nikmat di dalam
hatinya untuk memalingkan pandangannya. Namun ketika dia terus-menerus
memandang atau kembali memandang, maka ketika itulah dia dicela oleh
syariat dan akal. Andai saja ada yang jatuh kasmaran walau hanya
pandangan yang sekejab, maka sejak dari pandangan tersebut mudah
menghapuskannya.” [Zammul Hawa hal 429]
Ibnul Qayyim berkata,
“Orang yang berakal jangan terlalu mudah
tergelincir jatuh hati dan kasmaran agar tidak ditimpa berbagai
kerusakan yang ditimbulkannya, lebih banyak maupun sedikit. Barangsiapa
yang sengaja menjerumuskan diri ke dalamnya, maka ia termasuk orang yang
menzhalimi diri, yang tertipu dan binasa. Andai saja bukan karena
pandangan yang berkali-kali terhadap orang yang dikaguminya san upayanya
untuk dapat menyambung benang-benang asmara, pasti pasmaran tidak akan
kokoh melanda jiwanya.”
Tak disangkal lagi, hindarilah untuk melihatnya dirinya, fotonya,
atau kenangan lainnya. Bahkan, sebaiknya menjauh darinya dengan penuh
kesabaran. Sebagaimana ungkapan Zuhair bin Al Hubab Al Kalbi dalam
Zammul Hawa (hal 437),
“Jika engkau berkeinginan untuk melupakan
kekasihmu. Maka menjauhlah darinya sebanyak bilangan malam yang
berganti. Engkau tidak akan melupakan kekasihmu kecuali jika dia
menjauh. Orang yang baru, tidaklah sama dengan yng telah berlalu.”
Memangkas habis keinginannya, memutuskan seluruh harapan dan
dibarengi dengan keinginan keras untuk dapat mengalahkan hawa nafsunya.
Jika tindakan itu dirasakan sangat berat, berpikir dan merenunglah bahwa
setiap langkah yang dilakukan bila terus menerus mengingatnya akan
hanya menambah luka dan setiap tindakan nantinya akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Ta’ala. Agar mudah untuk
melupakannya, salah satu triknya adalah dengan cara membayangkan segala
cela yang terdapat pada dirinya. Jika seseorang merasa kagun terhadap
orang lain maka hendaklah dia mengingat kotorannya.
Jangan beri sela waktu berpikir tentangnya. Hindari berbagai
keinginan untuk mengenangnya. Buang segala bentuk keinginan rendah itu,
kedudukan yang rendah, dan perbuatan yang tercela, segala bentuk yang
menghalangi keutamaan.
Sebaiknya mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat. Seperti
bekerja, berkarya, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menziarahi
kubur, melihat orang mati, berpikir tentang kematian dan kehidupan
setelahnya. Kontinyu di majelis ilmu, duduk bersama orang-orang yang
zuhud, mendengar kisah-kisah yang shalih. Memperbanyak amal kebajikan.
Mendekatkan diri pada Allah Ta’ala. Perbanyak shalat. Berdo’a pada
Allah agar dipermudah. Allah Ta’ala berjanji akan memenuhi do’a
hamba-Nya dalam kondisi terjepit dan do’a ini adalah penolak bencana.
Penawarnya, menahan turunnya bala, menyingkirkannya atau meringankannya
jika turun.
Yang terpenting adalah sikap ikhlas pada Allah. Ibnu Taimiyyah
berkata, “Sesungguhnya jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada
Allah dan ikhlas kepada-Nya, maka dia tidak akan menemukan hal lain yang
lebih manis, lebih indah, lebih nikmat, dan lebih baik dari Allah.
Dalam Surat Yusuf ayat 24, Allah menerangkan bahwa Allah akan
memalingkan dari hamba-Nya hal-hal yang membahayakannya berupa
kecendrungan untuk mencintai makhluk, bergantung padanya. Dan Allah akan
menjauhkannya dari segala perbuatan keji karena keikhlasannya pada
Allah.” [Al Ubudiyyah hal 99]