Syukur Nikmat sebagai Terapi Gangguan Makan Anoreksia Nervosa


Syukur Nikmat sebagai Terapi Gangguan Makan Anoreksia Nervosa

 

 









Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman, informasi dunia semakin mudah memasuki berbagai belahan bumi lain. Sebagaimana halnya dengan budaya barat yang semakin mudah menyusupi budaya-budaya timur. Kita mengetahui bersama bahwa dunia barat memperlihatkan hal-hal instan dan banyak gaya hidup yang seolah memaksa seluruh manusia untuk mengikuti gaya hidup yang sama.
Saat ini, banyak belahan bumi, terutama belahan bumi barat mengajarkan agar seorang wanita memiliki bentuk tubuh ideal. Hal ini mendukung mereka untuk dapat bersaing dengan wanita-wanita cantik lainnya yang identic dengan bentuk tubuh ideal (langsing). Dimulai dari pencarian bakat sebagai pragawati, model, bersaing dalam kontes kecantikan, miss universe, hingga pramugari yang semuanya menuntut wajah cantik dan bentuk tubuh yang langsing.
Disadari atau tidak, semakin informasi budaya tersebut memasuki sebuah wilayah, seolah menjadi media pembelajaran bahwa cantik sama dengan memiliki bentuk tubuh langsing dan proporsional. Hal ini lah yang menjadi cikal bakal keinginan besar para kaum hawa memiliki bentuk tubuh yang langsing bahkan cenderung kurus hanya demi mendapat pengakuan cantik dari orang-orang disekitarnya dan mereka merasa lebih dapat diterima apabila tubuh mereka ideal.
Anoreksia Nervosa merupakan gangguan makan yang dapat berdampak sangat serius. Penderita cenderung menganggap dirinya sangat gemuk meski pada kenyataannya mereka memiliki berat tubuh yang sangat ringan. Dalam kognitifnya mereka sangat menginginkan tubuh yang ideal. Hal ini sangat berpengaruh pada ketenangan jiwa dan kesehatan fisik mereka.
Dalam dunia Islam sendiri, Rasulullah senantiasa memberikan contoh yang baik bagi kaumnya. Beliau senantiasa mengajarkan hal baik yang salah satunya ialah dengan bersyukur. Dengan syukur nikmat, seseorang cenderung memiliki hati yang lapang dan tenang. Hatinya akan meyakini bahwa apa yang ia miliki adalah karunia besar dari Allah yang patut disyukuri seburuk apapun hal tersebut. Dampaknya ialah, sekurus atau segemuk apapun bentuk tubuhnya, seperti apapun bentuk rupanya, maka ia meyakini bahwa itulah yang terbaik bagi dirinya. Dengan hati yang senantiasa bersyukur akan membuat dirinya tenang dalam menjalani kehidupan, serta tidak berhenti berupaya untuk menjaga karunia Allah.
Dengan adanya rasa syukur akan nikmat yang telah Allah berikan, maka seseorang dapat menjalani kehidupannya dengan penuh ketenangan tanpa harus gelisah hanya karna memiliki bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan keinginannya. Sehingga rasa syukur nikmat ini dapat dijadikan terapi bagi mereka yang mengalami gangguan makan anoreksia nervosa.
Definisi
Tentang Anoreksia Nervosa
Anoreksia (anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya “tanpa” dan orexis artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak memiliki hasrat untuk (makan)”, yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan nafsu makan diantara penderita anoreksia nervosa jarang terjadi. Anoreksia nervosa juga didiagnosa memiliki ciri khas yaitu ketakutan yang amat sangat mengalami kelebihan berat badan. (Walters & Kendler, 1994 dalam buku Psikologi Abnormal Gerald G. Davidson)
Anoreksia nervosa dapat diartikan sebagai gangguan makan karena adanya keinginan yang keras untuk mendapatkan tubuh yang kurus dan ditandai oleh penurunan berat badan yang ekstrim dengan cara sengaja melaparkan diri. Sebagian besar pasien gangguan ini menjadi sibuk dengan urusan makan, mereka dapat membaca buku-buku masakan secara konstan dan menyiapkan aneka makanan untuk keluarga mereka.
Criteria DSM-IV-TR untuk Anorexia Nervosa :
• Menolak untuk mempertahankan berat badan normal
• Meskipun berat badannya sangat kurang, namun mengalami ketakutan yang amat sangat menjadi gemuk
• Gangguan citra tubuh
• Pada perempuan yang telah mengalami mestruasi, terjadi amenorea
Dapat disimpulkan bahwa Anoreksia adalah gangguan makan yang ditandai dengan kelaparan secara sukarela dan stress dari melakukan kegiatan. Anorexia nervosa merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikososial, sosiologikal, dan fisiologikal. Seseorang yang menderita anorexia disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik.
Pasien yang menderita Anorexia Nervosa menilai berat badan mereka secara berlebihan dan memilih figure yang kurus sebagai bentuk ideal. Terlepas dari distorsi berat badan, pasien yang menderita Anorexia Nervosa cukup akurat menuturkan berat badan mereka yang sebenarnya, karena mereka sering menimbang berat badan.
DSM-IV-TR membedakan 2 tipe Anorexia Nervosa :
1. Tipe Terbatas. Penurunan berat badan dicapai dengan sangat membatasi asupan makanan
2. Tipe Makan Berlebihan-Pengurasan. Orang yang bersangkutan secara rutin juga makan berlebihan dan kemudian mengeluarkannya. Subtipe makan berlebihan-pengurasan lebih bersifat psikopatologis. Para pasien menunjukan gangguan kepribadian, perilaku impulsive, mencuri penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan, menarik diri dari pergaulan social, dan upaya bunuh diri lebih banyak dibanding para pasien Anorexia Nervosa tipe terbatas.
Anorexia Nervosa umumnya timbul pada awal hingga pertengahan masa remaja, sering kali timbul setelah suatu episode diet dan terjadinya stress kehidupan. Sepuluh kali lebih banyak terjadi pada kaum perempuan dibanding laki-laki, dengan prevalensi sepanjang hidup sedikit dibawah 1%. Perbedaan gender dalam prevalensi anorexia kemungkinan besar mencerminkan lebih besarnya tekanan budaya untuk bertubuh kurus sebagai bentuk tubuh ideal dalam beberapa decade terakhir.
Makna Syukur
Syukur dengan menyebut-nyebut aneka nikmat Allah yang zhahir maupun yang batin merupakan sarana menuju kelapangan dan ketentraman hati. Karena, dengan mengetahui dan menyebut-nyebut nikmat itu Allah swt akan menangkis kegelisahan dan kegundahan.
Seorang hamba dianjurkan untuk bersyukur. Syukur itu adalah tingkatan yang paling tinggi dan luhur sekalipun hamba itu dalam keadaan mengalami derita kefakiran, sakit atau cobaan lainnya. Karenanya, jika nikmat-nikmat Allah swt yang telah dikaruniakan kepadanya –yang hal itu tidak dapat dihitung- ia bandingkan dengan cobaan yang menimpanya, maka cobaan itu bukanlah apa-apa dibandingkan nikmat-nikmat lain.
Syukur adalah ungkapan pujian seorang hamba kepada sang Pemberi nikmat atas segala kebaikan yang telah diberikan kepadanya. Ada yang mengatakan syukur adalah pujian kepada orang yang berbuat baik, dengan menyebut kebaikannya. Apabila dikatakan, “seseorang bersyukur kepada Allah”, berarti dia memuji-Nya, dengan menyebut kebaikan-Nya, yang berupa nikmat.
Syukur seorang hamba terdiri atas tiga rukun dan ketiga-tiganya harus ada, yaitu; secara batin mengakui nikmat yang telah diberikannya. Secara lisan dan lahir harus diungkapkan dan dijadikan sebagai sarana untuk taat kepada Allah. Jadi, syukur itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan sekaligus. Hati untuk ma’rifah dan mahabbah. Lisan untuk memuji. Anggota badan untuk menggunakannya dalam mentaati Allah dan mencegah dari bermaksiat kepada-Nya.
Menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah hakikat syukur dibangun atas lima kaidah:
1. Ketundukan orang yang bersyukur kepada Dzat yang memberi nikmat.
2. Kecintaannya kepada Allah yang telah memberinya karunia.
3. Pengakuannya terhadap nikmat Allah atasnya.
4. Pujiannya terhadap Allah karenanya.
5. Tidak menggunakan nikmat itu dalam hal yang dimakruhkan
Kaitannya dengan Psikologi Islami

Terapi Barat pada Penderita Gangguan Makan Anoreksia Nervosa

Terapi bagi anoreksia nervosa secara umum diyakini sebagai suatu proses dua tahap. Tujuan jangka pendeknya adalah membantu pasien menambah berat badan untuk mencegah komplikasi medis dan kemungkinan kematian. Kondisi pasien sering kali sangat lemah dan fungsi fisiologisnya sangat terganggu sehingga perawatan dirumah sakit secara medis sangat diperlukan. Program terapi perilaku operant conditioning cukup berhasil untuk menambah berat badan dalam jangka pendek (Hsu 1991) meskipun demikian, tujuan kedua dalam penanganan belum dapat dicapai secara reliable melalui berbagai intervensi medis, perilaku, atau psikodinamika tradisional (Wilson, 1995), meskipun Fluoksetin (Frozak) dapat memberikan kontribusi terhadap dipertahankannya berat badan pasien rawat inap selama pasien yang bersangkutan tetap minum obat tersebut (Kaye dkk, 1997).
Terapi keluarga merupakan bentuk utama dalam penanganan anoreksia, berakar pada berbagai teori yang menyatakan bahwa interaksi antar anggota keluarga pasien berperan dalam gangguan tersebut. Salah satu teori yang berpengaruh dalam bidang ini adalah Salvador minuchin.
Minuchin dkk (1975) keluarga dari anak-anak yang menderita gangguan makan menunjukkan beberapa karakteristik berikut ini:
1. Keterikatan. Keluarga memiliki bentuk ektrim ketertiban berlebihan dan keintiman dimana orang tua berbicara mewakili anak-anaknya karena mereka yakin bahwa mereka mengetahui dengan pasti apa yang dirasakan anak-anak mereka.
2. Terlalu protektif. Anggota keluarga memiliki tingkat kepedulian ekstrim terhadap kesejahteraan satu sama lain.
3. Rigiditas. Keluarga memiliki kecendrungan untuk mencoba mempertahanka status kuo dan menghindari untuk menghadapi secara efektif setiap peristiwa yang menghendaki perubahan.
4. Kurangnya penyelesaian konflik. Keluarga menghinari konflik atau berada dalam situasi konflik yang kronis.
Salah satu laporan menyatakan bahwa sebanyak 86 persen dari 50 anak perempuan yang menderita anoreksia yang mendapatkan penanganan bersama keluarga mereka masih berfungsi dengan baik ketika diukur pada waktu-waktu tertentu antara tiga bulan hingga empat tahun setelah penanganan (Rosman, Minuchin & Liebman, 1976)
Suatu terapi keluarga yang lebih mutakhir, yang terutama dilandasi teori Minuchin, baru-baru ini dikembangkan di Inggris, dan bukti-bukti awal menunjukkan bahwa terapi tersebut berguna/kuat (Lock & LeGrange, 2001; Lock dkk, 2001).
Syukur Nikmat sebagai Terapi Islami pada Penderita Gangguan Makan Anoreksia Nervosa.
Syukur merupakan salah satu cara yang ampuh untuk membentuk sifat qona’ah dalam diri manusia. Dengan sifat qana’ah akan timbul sifat ridha terhadap anugerah dari Allah yang diberikan kepadanya. Sehingga ketika seseorang melihat orang lain yang memiliki bentuk tubuh proporsional (cantik dll) ia berusaha menjaga hatinya untuk tidak iri dan dengki serta senantiasa bersyukur bagaimanapun bentuk rupa yang telah Allah anugerahkan.
Salah satu cara untuk menanamkan hakikat syukur dalam diri manusia sehingga timbul sifat qona’ah adalah memandang kebawah, yakni memandang bahwa masih banyak orang diluar sana yang tidak memiliki apa yang kita punya, bahkan nikmat yang kita rasakan jauh lebih banyak dibandingkan orang-orang yang ada dibawah kita. Rasulullah bersabda, “Pandanglah orang yang lebih bawah darimu, dan jangan kamu padang orang yang lebih atas darimu. Hal itu lebih cocok bagimu, agar kamu tidak merendahkan nikmat Allah yang dikaruniakanNya kepadamu.”
Seorang hamba jika memusatkan perhatiannya pada ajaran nabawi yang agung ini, maka ia akan melihat dirinya mengungguli orang banyak dalam hal kesejahteraan dan rizki serta rentetan kenikmatan lain berkat kedua karunia itu meski ia dalam kondisi apapun. Sehingga sirnalah keguncangan, kegundahan dan keruwetan serta bertambahlah kegembiraan dan kesukaannya terhadap nikmat-nikmat Allah.
Setiap kali seorang hamba merenungi nikmat-nikmat Allah swt yang zhahir maupun yang batin, baik itu dari sisi kehidupan religi maupun duniawinya, ia akan melihat Allah swt telah memberi begitu banyak nikmat dan telah menangkis untuknya berbagai keburukan. Tidak diragukan bahwa hal itu dapat menangkis kegundahan dan keruwetan, disamping membuahkan kegembiraan dan kesuka citaan.
Ulasan sebelumnya telah menjelaskan bahwa penderita selalu merasa dirinya bertubuh sangat besar hingga ia merasa malu untuk berinteraksi, dan proyeksi yang dilakukan adalah dengan membatasi diri dalam mengkonsumsi makanan. Disini terapis berperan sangat besar untuk meluruskan pemahamannya. Seorang terapis Islami seharusnya dapat menuntun penderita untuk merubah paradigmanya terhadap diri sendiri. Bahwa melakukan diet yang terlampau parah tidak akan merubah keadaan menjadi lebih baik, justru ke mudhorotan yang akan timbul. Mensyukuri nikmat Allah dapat membuat hati yang gelisah dan merasa serba kekurangan menjadi lebih tenang. Dengan syukur, hal-hal yang tidak kita punya menjadi motivasi untuk memintanya (berdo’a dan tawakal) lebih mendekat pada Allah. Dengan syukur pula, akan mengurangi bahkan menghilangkan gangguan makan anoreksia nervosa tersebut karna akan tercipta hati yang tenang, tidak merasa rendah diri karna menganggap orang lain lebih beruntung dari dirinya. Ia meyakini bahwa hidupnya adalah anugerah terbesar dari Allah yang patut disyukuri.

Categories: Share

Leave a Reply